Merekat Retakan
Ada satu titik dalam hidup di mana aku merasa cukup. Cukup untuk bersedih. Cukup untuk memaafkan. Cukup untuk bertahan di tempat yang tak lagi membuatku merasa utuh. Dari titik itu, aku menyadari satu hal, aku ingin memulai kembali.
Bukan karena aku melupakan kisah-kisah lama, tapi karena aku ingin memberi ruang bagi diriku untuk tumbuh. Ada terlalu banyak beban yang aku pikul sendiri. Cerita yang tak selesai. Perasaan yang tak sempat terucap. Luka yang tak pernah benar-benar sembuh. Semua itu menumpuk dalam diam, menyisakan retakan-retakan kecil dalam diriku, retakan yang kian melebar jika terus kupendam.
Maka, aku memilih untuk melepaskan. Cerita sedih, cerita bahagia, cerita yang membuatku bingung, semuanya aku letakkan perlahan. Aku ingin melangkah dengan lebih ringan. Aku ingin mengisi hari-hari mendatang dengan lembaran yang benar-benar baru. Bersama orang-orang yang membawa terang, di tempat-tempat yang belum pernah kusambangi, dalam suasana yang mungkin asing tapi menyegarkan.
Aku tahu, hidup tak pernah benar-benar mudah. Dan masa lalu akan selalu menjadi bagian dari siapa diriku hari ini. Tapi aku percaya, luka bisa dirawat. Retakan bisa direkat. Bukan dengan penyangkalan, melainkan dengan keberanian untuk mencipta cerita baru. Kisah yang penuh tawa, harapan, dan kejujuran.
Aku mulai merancang ulang hidupku. Menyusun mimpi-mimpi yang dulu sempat kupendam. Menantang diriku mencoba hobi-hobi baru yang dulu tak pernah sempat kupelajari. Seperti sekarang menulis untuk menyembuhkan. Untuk mengingatkan diriku sendiri, bahwa aku pernah terluka, tapi tak pernah benar-benar kalah.
Aku ingin menjalani hidup ini dengan layak. Dengan hati yang tak terus-terusan tenggelam dalam kenangan pahit. Aku ingin hidup dalam syukur, dalam rasa aman yang kubangun sendiri, dalam pelukan kenyamanan yang tak lagi bergantung pada orang lain.
Mungkin aku akan terluka lagi. Mungkin perjalanan ini tak selalu mulus. Tapi jika aku bisa memeluk diriku sendiri hari ini, aku akan berkata, terima kasih, sudah bertahan sejauh ini. Tidak apa-apa jika kau belum sepenuhnya sembuh. Yang penting kau memilih untuk terus hidup.
Mari menulis kisah baru, kisah yang benar-benar milik kita. Tak harus sempurna, tapi cukup untuk membuat kita merasa layak dicintai, layak dimengerti, dan layak bahagia.
Dan jika suatu hari nanti, aku menengok kembali ke masa ini, semoga aku bisa tersenyum. Karena di sinilah semuanya bermula. Titik balik di mana aku memilih untuk merekat semua retakan, bukan agar kembali seperti dulu, tapi agar menjadi versi yang lebih kuat lebih lembut, lebih utuh.
Sampai jumpa di cerita-cerita baru lainnya. Dan jika kau juga sedang patah, sedang hilang arah tenang saja. Kita bisa mulai lagi. Bersama.